Saturday, May 13, 2017

KARYA ILMIAH PENDAPATAN USAHA TANAMAN KEDELAI BAB I



1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri pertanian modern yaitu usahatani yang dilakukan berorientasi kepada keuntungan. Usahatani yang dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga tetapi untuk dapat meningkatkan pendapatan petani, untuk itulah harus diupayakan peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan usahataninya. Disamping itu pula usahatani yang dijalankan harus pula memperhatikan kebutuhan pemenuhan gizi.
Peranan komoditi palawija dirasakan sangat penting dalam upaya untuk memenuhi gizi masyarakat, karena merupakan sumber protein dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Pertanian, 1983). Salah satu komoditi palawija yang memiliki peranan yang penting di Indonesia adalah Kedelai. Nilai nutrisi kedelai sangat baik untuk kesehatan manusia, terutama kandungan protein nabati yang dikandung kedelai cukup tinggi.
Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur khususnya negara Indonesia seperti kecap, tahu, dan tempe yang merupakan makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Kedelai juga sangat mudah untuk di budidayakan. Kedelai dikenal dengan berbagai banyak sekali nama seperti sojaboom, soja, soja bohne, soybean, kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak, lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, kacang kuning (aceh) dan gadelei. Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia dan sudah banyak berkembang di Indonesia yang diolah berbagai macam jenis makanan.
Tanaman kedelai memiliki potensi dan prospek yang baik untuk diusahakan, karena tanaman ini relatif mudah dibudidayakan. Selain itu permintaan terhadap produksi kedelai terus meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk industri. Penulis akan menyajikan tabel-tabel perkembangan produktivitas dan konsumsi kedelai di Indonesia, sebagai berikut:
1.      Potensi Kedelai di Indonesia
Tabel 1. Produktivitas dan Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2013
Tahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha)
Produksi(Ton)
2009
722791.00
13.48
974512.00
2010
660823.00
13.73
907031.00
2011
622254.00
13.68
851286.00
2012
567624.00
14.85
843153.00
2013
550793.00
14.16
779992.00
Sumber: BPS, 2014
Berdasarkan tabel luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai pada tahun 2009-2013 dapat diketahui bahwa terjadi ketidakstabilan dari komoditas kedelai terkait luas panen, produksi dan produktivitas dari kedelai. Pada setiap tahunnya kedelai mengalami kondisi naik turun. Meskipun produktivitas kedelai selama lima tahun mengalami peningkatan, namun secara keseluruhan dari tahun 2009-2013 dapat dikatakan bahwa luas panen dan produksi kedelai mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun, yang pada tahun 2009 produksi kedelai di Indonesia mencapai 974.512 ton sedangkan tahun terakhir produksi kedelai hanya mencapai 779.992 ton. Nilai produksi di Indonesia paling banyak disumbang dari Provinsi Jawa Timur.
Tabel 2. Produktivitas dan Produksi Kedelai Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha)
Produksi(Ton)
2009
264779.00
13.42
355260.00
2010
246894.00
13.75
339491.00
2011
252815.00
14.52
366999.00
2012
220815.00
16.39
361986.00
2013
210618.00
15.64
329461.00
Sumber: BPS, 2014
Data dari Provinsi Jawa Timur yang menyumbangkan nilai terbesar bagi produksi kedelai di Indonesia menunjukkan kesamaan hasil seperti data Indonesia dari tahun 2009-2013 secara keseluruhan. Tingkat luas panen, produktivitas dan produksi kedelai mengalami kondisi yang naik turun. Faktor-faktor penyebab menurunnya produksi kedelai di Jawa Timur antara lain karena usahatani kedelai kurang menguntungkan, kalah bersaing dengan kedelai impor yang harganya relatif lebih murah. Masalah perbaikan harga yang memihak petani akan merangsang petani untuk beralih ke pertanaman kedelai kembali.
Kedelai yang merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan lahan kering. Sekitar 60% areal pertanaman kedelai terdapat di lahan sawah dan 40% di lahan kering. Areal pertanaman kedelai tersebar di seluruh Indonesia dengan luas di masing-masing wilayah. Salah satu kendala dalam penentuan komoditas dalam pola tanam adalah nilai kompetitif kedelai. Kedelai memiliki nilai kompetitif yang lebih rendah daripada jagung, pada saat ini. Secara finansial, usahatani kedelai cukup menguntungkan, dengan pendapatan bersih mencapai Rp 2.048.500/haPada usaha pertanian hilir kedelai industri tahu, tempe, dan kecap membutuhkan kedelai dalam jumlah yang terus meningkat. Industri pakan ternak (unggas) merupakan usaha hilir yang cukup penting dalam agribisnis kedelai. Dalam pembuatan pakan ternak diperlukan bungkil kedelai dengan proporsi 15-20% dari komposisi bahan pakan. Kedelai juga diperlukan sebagai bahan baku industri tepung, pangan olahan, dan pati. Industri lainnya membutuhkan kedelai sebanyak 12% dari total kebutuhan nasional.
2.    Tingkat Konsumsi Kedelai
Pasar kedelai internasional dapat dianalisis melalui kondisi penawaran dan permintaan  kedelai di pasar internasional dan negara ekportir dan importir yang dominan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran dan permintaan dunia. Penawaran kedelai di pasar internasional didominasi oleh beberapa negara, dimana Amerika Serikat (AS), Brazil dan Argentina merupakan negara pengekspor utama dengan pangsa  ekspor  90%  dari total pasar dunia. Dominasi beberapa negara penghasil dan pengekspor kedelai menunjukkan pasar kedelai merupakan pasar persaingan  tidak sempurna.  Dominasi  AS dalam  ekspor kedelai ditunjukkan dengan peningkatan produksi dan produktivitas yang didorong dengan pengadopsian rekayasa genetika (GM) sejak tahun 1996.
Keanekaragaman manfaat kedelai telah mendorong tingginya permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Semakin besarnya jumlah penduduk Indonesia berpotensi pada semakin meningkatnya permintaan kedelai. Konsumsi kedelai diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 1,38% pertahun.









Tabel 3. Proyeksi Konsumsi Kedelai 2010-2014
Tahun
Jumlah Penduduk (juta)
Konsumsi Perkapita (kg)
Jumlah Konsumsi
2010
234.181
10.10
2.365
2011
236.954
10.10
2.393
2012
239.687
10.20
2.445
2013
242.376
10.20
2.472
2014
245.021
10.20
2.499
Pertumbuhan
1.31
0.24
1.38
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2010)
Permintaan kedelai yang tinggi di Indonesia tidak diimbangi dengan produksi kedelai yang cenderung berkembang lambat. Besarnya keter-gantungan terhadap kedelai impor tersebut me-nyebabkan harga kedelai di pasar cenderung fluktuatif dan sulit untuk dikendalikan oleh instansi terkait.
Tabel 4. Konsumsi dan Impor Kedelai di Indonesia 2005 – 2009
Tahun
Konsumsi (ribuan ton)
Impor (ribuan ton)
Tingkat Ketergantungan (%)
2005
1.841,3
1.117,8
60,7
2006
1.837,2
1.028,8
56,0
2007
2.004,1
1.411,6
70,4
2008
1.945,5
1.169,0
60,0
2009
1.974,7
1.052,4
53,3
Sumber: Data diolah BPS 2009
Data menunjukkan bahwa tingkat ketergantung-an impor kedelai pada tahun 2000 – 2009 selalu lebih dari 50% dari total konsumsi kedelai di Indonesia. Dengan tingkat ketergantungan impor terbesar pada tahun 2007 yaitu sebesar 70,4%. Kondisi terbaru tersebut jelas bertolakbelakang dengan kondisi pada tahun 1992, ketika Indonesia mencapai puncak produksi tertinggi yaitu sebesar 1,6 juta ton dan berhasil mencapai swasembada kedelai. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, dari tahun ke tahun produksi dalam negeri terus menurun. Hal ini terutama dipicu oleh perubahan kebijakan tata niaga kedelai, yaitu dengan diberlakukannya pasar bebas yang mengakibatkan derasnya kedelai impor dengan harga murah. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya minat petani karena insentif yang diterima rendah.
 Di Desa Balonggebang juga banyak warganya yang menanam kedelai terutama ketika mendekati musim kemarau sekitar bulan Juni, karena budidaya kedelai perawatannya mudah serta tidak memerlukan banyak air. Di Desa Balonggebang produksi rata-rata usahatani kedelai adalah 1.325 kg/ha, harga produk yang berlaku adalah Rp 2.000,00/kg. Petani menggarap lahan milik sendiri. Hal ini memungkinkan petani untuk mengelola usahataninya secara lebih baik, karena status kepemilikan tanah berpengaruh terhadap hasil yang akan diterima petani tersebut. Musim tanam kedelai pada bulan Juni 2016 dari Desa Balonggebang lahan yang ditanami kedelai oleh petani rata–rata adalah 0,68 Ha. Dari 6 Orang petani sampel semuanya menggarap lahan milik sendiri. Hal itulah yang melatarbelakangi pembuatan karya ilmiah yang berjudul "Pendapatan usaha tani tanaman kedelai Desa Balonggebang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk".
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan yang diharapkan dapat dijadikan skripsi  agar dapat bermanfaat bagi pembaca, rekan mahasiswa, dan bahkan masyarakat di seluruh Indonesia.
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan dilakukannya penelitian ini, pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah tanaman kedelai, yaitu :
1.    Untuk Mengetahui manfaat dari kedelai
2.    Untuk Mengetahui budibaya tanaman kedelai
3.    Untuk mengetahui pendapatan usaha tani tanaman kedelai.

Share:

0 comments:

Post a Comment