Organ-Organ Reproduksi Jantan Pada
Ternak Ruminansia Secara Visual (Makro).
Sistem
reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika
vaginalis dan selubung testis, epididymis, duktus deferen,
kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis),
urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium
(Dellmann, 1992).
1. Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada
ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan
sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa)
( Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium,
spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda,
dan spermatid matang ( Susatyo dan Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih
mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan
pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea
terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk
saluran yang berkelok-kelok (Frandson, 1992). Secara sentral, septula testis
berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda
jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi
pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi
ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel
mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman,
1992).
Sel leydig adalah sel
diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan
mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada
dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di
dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi
yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa
melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi
khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi sel–sel sertoli adalah (1)
memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini
mensekresikan cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi
cairan tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi
bagi sperma yang berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan
dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang
disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting
antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama
perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus
muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting,
Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis
untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon perangsang folikel
(Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis
hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan
kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat
diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil
paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi
yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus
seminiferus.
2. Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan
berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus
deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu
pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma
(Frandson, 1992). Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis
dapat dibagi dalam beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap
spesies. Secara umum, bagian proksimal dari epididymis (kepala dan
badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor
epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini 45%
spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu
bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah
melalui epididymis yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama
persinggahan dalam duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian
perubahan morfologik dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas
pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis. Perubahan status fungsional
spermatozoa tercermin dalam :
1. perkembangan motilitas progresif,
2. modifikasi proses metabolisme,
3. perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas
ikatan molekul pada selaput yang diperlukan untuk pengenalan proses selama
pembuahan,
4. stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus
sulfhidril yang terkait,
5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes
sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid. Setelah masak, spermatozoa dewasa
disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih lama daripada
bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis
mengalami beberapa proses pematangan, seperti mendapat kemampuan untuk
bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting,
karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan.
Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan,
penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis
berkisar antara 9 sampai 13 hari yang dialirkan oleh cairan testis, aktivitas
silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis.
Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ khusus untuk penimbunan
sperma , karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian
ini dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi
dibanding dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis
memberikan persentase kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang
berasal dari bagian caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan
duma, 2012).
3. Duktus
deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis
bergerak melalui kanal inguinal yang merupakan bagian dari korda
spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari
pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens
mendekati uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta
dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital (genital fold)
yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada betina (Frandson, 1992).
Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis,
sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis,
sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar
pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut
elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari
susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat
dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia (Dellmann, 1992).
4. Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan
adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak
bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial
arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur
internal penis merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri
dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang
disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di
sekitar penis (Frandson, 1992).
Ruang antara tunika albuginea dan
jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi sel-sel otot
menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering
terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari
arteri berbentuk mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria
helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam arteria
helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang corpora
kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi, sehingga akan
memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil
dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis (Dellmann, 1992).
BACA JUGA ARTIKEL SELANJUTNYA
0 comments:
Post a Comment