Selamat malam sahabat Lily.
Bagaimana kabarnya hari ini???? Kali ini
saya akan memposting tentang materi majas yakni macam-macam majas. Materi majas
ini ada di kelas VII semester 1, semoga bisa membantu kalian belajar dan
bermanfaat. Amin
search from google |
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan
penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini
bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang
cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias
kias ataupun konotasi.
Ø Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang
digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain
melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas
perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi
benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan
melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan
kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi
orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang
berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak,
ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang
dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan
berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar
anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan
keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang
dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan
sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah
sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih
baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang
menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile
bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah
kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam
kehilangan induknya.
8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan
kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam
mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin
keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian,
yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro
toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan
keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah
kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada
sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang
hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil
menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia
dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak
merpati.
Ø Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa
yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli yang
penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi
beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih
ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri,
meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini.
Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau
fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun
baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya
bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh
tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang
telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali
atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin
sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
Ø Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias
yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi.
Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang
bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit
untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara
langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai
telingaku berdenging dan sakit.
3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
Ø Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya
bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui
sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis,
yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna
sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan
suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut
dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam
sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia
yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk
kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang
kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan
rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang
dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa
untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari
tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan,
hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya
masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam
puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda.
Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang
diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar. Kasih itu
lemah lembut. Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim
untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai,
dan bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.
Demikian pembahasan majas ini semoga bisa
membisa membantu kalian dan semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment