Saturday, October 29, 2016

TEORI BERMAIN ANAK DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI BERDASARKAN KONSEP TIMUR

Sore ini saya akan memposting tentang teori  bermain dan perkembangan anak usia dini berdasarkan konsep Timur yakni berdasarkan perspektif  Ki Hajar Dewantara
Teori-teori bermain dan perkembangan anak usia dini berdasarkan konsep Timur yakni berdasarkan perspektif  Ki Hajar Dewantara
Banyak pakar di  Indonesia yang mempunyai filosofi tentang pendidikan anak usia dini,  diantaranya Ki Hajar Dewantara, KH. Hasyim Asy'arie, KH. Ahmad Dahlan, HOS Cokroaminoto. Namun dari sekian banyak pakar tersebut, pemikiran Ki Hajar Dewantara dipandang lebih representatif, oleh karena itupembahasan di sini hanya mengemukakan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan anak usia dini. Tentang pendidikan anak usia dini Ki Hajar Dewantara, memandang bahwa bermain bagi anak merupakan kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Kekuatan kodrati yang ada pada anak ini tiada lain adalah segala kekuatan dalam kehidupan lahirdan batin anak yang ada karena kekuasaaan kodrat (karena faktor pembawaan atau keturunan yang ditakdirkan secara ajali). Kodrat anak bisa baik dan bisa juga sebaliknya. Kodrat itulah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, kebebasan dalam bermain itu juga sangat relatif karena dibatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki oleh orang lain. Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya sehingga anak patut di beri kesempatan untuk berjalan sendiri dan tidak terus menerus dicampuri atau dipaksa. Guru TK hanya boleh memberi bantuan jika anak menghadapi hambatan yang cukup berat dan tidak dapat diselesaikan. Hal tersebut merupakan cerminan dari semboyan "Tut Wuri Handayani". Atas dasar itulah Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa setiap anak memiliki potensi untuk berkembang sehingga pemberian kesempatan yang luas bagi anak untuk mencari dan menemukan pengetahuan karena yang demikian itu secara tidak langsung akan memberikan peluang bagi potensi anak untuk dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, Ki Hajar Dewantara memandang bahwa pendidikan anak itu sifatnya hanya sebatas menuntun pertumbuhan dan perkembangan kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak, hal ini berlangsung melalui kegiatan bermain. Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembaaan anak, kecuali memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu tumbuh dan berkembang kearah yang lebih baik.
Tiga sikap perilaku dalam teori pendidika Ki Hajar Dewantara adalah kontinyu, konsentris, konvergensi yang dariselanjutnya disingkat trikon. Berorientasipada tempat terlaksannya pendidikan anak usia dini khususnya dan pendidikan paa umumnya, Ki Hajar Dewantara  membagi tiga komponen lingkungan yang berperan dalam pendidikan anak, yaitu :
a. Lingkungan keluarga, yaitu pendidikan yang pertama dan utama yang dilaksanakan oleh anggota keluarga terutama ayah dan ibu.
b. Lingkungan sekolah,  pendidikan yang dilaksanakan setelah keluargayaitu yang dilaksanakan oleh guru.
c. Linkungan masyarakat, tidak dapat dipungkiri anak mempunyai dorongan untuk menjadi anggota dslsm lingkungan masyarakat dan lingkungan ini turut mendidik da membentuk karakter anak.
Ketiga lingkungan ini oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan.
Share:

0 comments:

Post a Comment