Wednesday, September 28, 2016

ASAL-USUL BANYUWANGI


Pada kesempatan hari ini saya akan memposting cerita rakyat lagi yakni, asal-usul Banyu Wangi. silakan membaca :), karena seminggu ini tidak memposting gara-gara ngurusin anak-anak didik privat. Tapi alhamdulillah sekarang bisa memposting di blog lagi.

Pada zaman dahulu kala. Terdapat sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh Raja yang sangat bijaksana dan adil. Raja tersebut mempunyai seorang Putra yang sangat tampan dan gagah, yang bernama Raden Banterang. Raden Banterang sangat gemar berburu.
Suatu hari, Raden Banterang pergi berburu kedalam hutan. Ia di temani dengan Pengawal kerajaan. Di tengah perjalanan. Ia melihat seekor Kijang melintas di depannya. Ia pun segera mengejar Kijang tersebut hingga masuk ke dalam hutan belantara. Ia pun terpisah dari rombongan Pengawalnya tersebut.
Raden Banterang terus mengejar Kijang tersebut. Ia semakin jauh masuk kedalam hutan. Ia pun tiba di sebuah sungai yang sangat jernih. Karena kelelahan mengejar Kijang, ia pun mendekati sungai tersebut dan meminum air jernih itu. Di saat ia asik meminum air. Tiba-tiba, ia sangat terkejut karena kedatang seorang gadis yang sangat cantik.
Raden Banterang kebingungan, karena ia takut gadis cantik tersebut adalah penunggu hutan ini. Namun, ia memberanikan diri untuk mendekati gadis cantik tersebut.
‘’ Siapa kamu ? dari mana asalmu?’’ Tanya Raden Banterang.
‘’ Nama ku Sri Tanjung, aku berasal dari Kerajaan Klungkung.’’ Jawab gadis itu.
‘’ Apa yang sedang kau lakukan di dalam hutan seorang diri?’’ Tanya Raden Banterang.
‘’ Saya berada di hutan ini karena menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Ayah saya meninggal dalam pertempuran.’’ Kata Sri Tanjung menjelaskan.
Mendengar cerita Sri Tanjung, Raden Banterang sangat terkejut. Karena merasa kasihan, Raden Banterang membawanya ke Istana.Sri Tanjung pun ikut ke Istana bersama Raden Banterang. Karena kecantikan Sri Tanjung, Raden Banterang pun jatuh cinta dan ingin meminangnya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Mereka pun hidup bahagia.
Namun, suatu hari. Putri Sri Tanjung berjalan-jalan sendirian keluar Istana. Tiba-tiba, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ia pun mencari sumber suara tersebut. Ia pun melihat seorang Laki-laki yang berpakaian kumuh dan compang-camping. Putri Sri Tanjung sangat terkejut, ternyata, Laki-laki di depannya adalah Kakak kandungnya sendiri yang bernama Rupaksa. Maksud dari kedatangan Kakaknya tersebut adalah untuk mengajak PutriSri Tanjung balas dendam. Karena Raden Banterang sudah membunuh ayahnya.
Putri Sri Tanjung sangat terkejut mendengar cerita dari Kakaknya. Ia pun menceritakan bahwa dirinya sudah menjadi istri dari Raden Banterang. Ia pun menolak untuk membalas dendam dan memohon agar tidak mencelakai suaminya Raden Banterang. Mendengar cerita adiknya tersebut Rupaksa sangat marah. Namun, ia tidak memaksa dan memberikan sebuah ikat kepala kepada Sri Tanjung. Rupaksa pun menyuruhnya untuk di simpan di bawah tempat tidurnya.
Pertemuan Sri Tanjung dengan kakaknya tidak diketahui oleh suaminya. Karena Raden Banterang sedang berburu ke hutan. Namun, suatu hari. Saat Raden Banterang berada dalam hutan, ia di kejutkan dengan kedatangan seorang Laki-laki yang berpakaian compang-camping menghampirinya.
‘’ Wahai Tuanku. Keselamatan mu berada balam bahaya. Istri mu Putri Sri Tanjung merencanakan untuk membunuhmu suaminya sendiri. Tuan bisa membuktikannya sendiri, istrimu menyimpan sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat tidur. Ikat kepala itu adalah milik seorang Laki-laki yang di mintai tolong untuk membunuh Tuan.’’ Laki-laki itu menjelaskan.
Mendengar penjelasan tersebut, Raden Banterang segera kembali ke Istana. Ia pun segera mencari ikat kepala yang sudah di ceritakan Laki-laki yang ia temui di dalam hutan. Ia pun sangat terkejut, karena ia menemukan ikat kepala tersebut.
Raden Banterang takut keselamatannya terancam dan ia pun mencurigai istrinya. Maka, ia pun berniat untuk mencelakai istrinya sendiri. Putri Sri Tanjung pun menjelaskan asal ikat kepala tersebut.
Raden Banterang berniat untuk menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setibanya di sungai Raden Banterang menceritakan pertemuanya dengan seorang Laki-laki yang tidak di kenal ketika sedang berburu di hutan. Sri Tanjung pun menceritakan pertemuannya dengan Kakaknya Rupaksa yang ingin membalaskan dendam kepada Raden Banterang.
Setelah menjelaskan hal tersebut. Tidak membuat hati Raden Banterang cair. Ia menganggap istrinya berbohong. Akhirnya, dengan rasa kecewa Putri Sri Tanjung berkata.
‘’ Suamiku, Jika nanti setelah kematianku dan air sungai ini menjadi jernih dan berbau harum. Berarti aku tidak bersalah dan tidak mempunyai niat untuk mencelakai mu. Namun, jika air ini tetap keruh dan berbau busuk. Berarti aku bersalah.’’ Kata Sri Tanjung menangis.
Raden Banterang, menganggap apa yang di ucapkan istrinya adalah sebuah kebohongan. Maka, ia segera mengeluarkan Keris dan menusuk pinggang istrinya. Bersamaan dengan itu, Sri Tanjung terjatuh ke tengah sungai dan hanyut terbawa arus.
Tidak lama setelah hanyutnya Sri Tanjung, terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba, terciumlah bau yang sangat harum di sekitar sungai, airnya pun berubah menjadi sangat jernih. Raden Banterang gemetar dengan keajaiban tersebut. Melihat itu, Raden Banterang sangat menyesal dan meratapi kematian istrinya.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

Share:

0 comments:

Post a Comment