Pada kesempatan hari ini saya akan
memposting cerita rakyat lagi yakni, asal-usul Banyu Wangi. silakan membaca :), karena seminggu ini tidak memposting gara-gara ngurusin anak-anak didik privat. Tapi alhamdulillah sekarang bisa memposting di blog lagi.
Pada zaman dahulu kala. Terdapat
sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh Raja yang sangat bijaksana dan adil. Raja
tersebut mempunyai seorang Putra yang sangat tampan dan gagah, yang bernama
Raden Banterang. Raden Banterang sangat gemar berburu.
Suatu hari, Raden Banterang pergi berburu kedalam
hutan. Ia di temani dengan Pengawal kerajaan. Di tengah perjalanan. Ia melihat
seekor Kijang melintas di depannya. Ia pun segera mengejar Kijang tersebut
hingga masuk ke dalam hutan belantara. Ia pun terpisah dari rombongan
Pengawalnya tersebut.
Raden Banterang terus mengejar Kijang tersebut. Ia
semakin jauh masuk kedalam hutan. Ia pun tiba di sebuah sungai yang sangat
jernih. Karena kelelahan mengejar Kijang, ia pun mendekati sungai tersebut dan
meminum air jernih itu. Di saat ia asik meminum air. Tiba-tiba, ia sangat
terkejut karena kedatang seorang gadis yang sangat cantik.
Raden Banterang kebingungan, karena ia takut gadis
cantik tersebut adalah penunggu hutan ini. Namun, ia memberanikan diri untuk
mendekati gadis cantik tersebut.
‘’ Siapa kamu ? dari mana asalmu?’’ Tanya Raden
Banterang.
‘’ Nama ku Sri Tanjung, aku berasal dari Kerajaan
Klungkung.’’ Jawab gadis itu.
‘’ Apa yang sedang kau lakukan di dalam hutan seorang
diri?’’ Tanya Raden Banterang.
‘’ Saya berada di hutan ini karena menyelamatkan diri
dari kejaran musuh. Ayah saya meninggal dalam pertempuran.’’ Kata Sri Tanjung
menjelaskan.
Mendengar cerita Sri Tanjung, Raden Banterang sangat
terkejut. Karena merasa kasihan, Raden Banterang membawanya ke Istana.Sri
Tanjung pun ikut ke Istana bersama Raden Banterang. Karena kecantikan Sri
Tanjung, Raden Banterang pun jatuh cinta dan ingin meminangnya. Akhirnya,
mereka memutuskan untuk menikah. Mereka pun hidup bahagia.
Namun, suatu hari. Putri Sri Tanjung berjalan-jalan
sendirian keluar Istana. Tiba-tiba, ia mendengar seseorang memanggil namanya.
Ia pun mencari sumber suara tersebut. Ia pun melihat seorang Laki-laki yang
berpakaian kumuh dan compang-camping. Putri Sri Tanjung sangat terkejut,
ternyata, Laki-laki di depannya adalah Kakak kandungnya sendiri yang bernama
Rupaksa. Maksud dari kedatangan Kakaknya tersebut adalah untuk mengajak
PutriSri Tanjung balas dendam. Karena Raden Banterang sudah membunuh ayahnya.
Putri Sri Tanjung sangat terkejut mendengar cerita
dari Kakaknya. Ia pun menceritakan bahwa dirinya sudah menjadi istri dari Raden
Banterang. Ia pun menolak untuk membalas dendam dan memohon agar tidak
mencelakai suaminya Raden Banterang. Mendengar cerita adiknya tersebut Rupaksa
sangat marah. Namun, ia tidak memaksa dan memberikan sebuah ikat kepala kepada
Sri Tanjung. Rupaksa pun menyuruhnya untuk di simpan di bawah tempat tidurnya.
Pertemuan Sri Tanjung dengan kakaknya tidak diketahui
oleh suaminya. Karena Raden Banterang sedang berburu ke hutan. Namun, suatu
hari. Saat Raden Banterang berada dalam hutan, ia di kejutkan dengan kedatangan
seorang Laki-laki yang berpakaian compang-camping menghampirinya.
‘’ Wahai Tuanku. Keselamatan mu berada balam bahaya.
Istri mu Putri Sri Tanjung merencanakan untuk membunuhmu suaminya sendiri. Tuan
bisa membuktikannya sendiri, istrimu menyimpan sebuah ikat kepala yang
diletakkan di bawah tempat tidur. Ikat kepala itu adalah milik seorang
Laki-laki yang di mintai tolong untuk membunuh Tuan.’’ Laki-laki itu
menjelaskan.
Mendengar penjelasan tersebut, Raden Banterang segera
kembali ke Istana. Ia pun segera mencari ikat kepala yang sudah di ceritakan
Laki-laki yang ia temui di dalam hutan. Ia pun sangat terkejut, karena ia
menemukan ikat kepala tersebut.
Raden Banterang takut keselamatannya terancam dan ia
pun mencurigai istrinya. Maka, ia pun berniat untuk mencelakai istrinya
sendiri. Putri Sri Tanjung pun menjelaskan asal ikat kepala tersebut.
Raden Banterang berniat untuk menenggelamkan istrinya
di sebuah sungai. Setibanya di sungai Raden Banterang menceritakan pertemuanya
dengan seorang Laki-laki yang tidak di kenal ketika sedang berburu di hutan.
Sri Tanjung pun menceritakan pertemuannya dengan Kakaknya Rupaksa yang ingin
membalaskan dendam kepada Raden Banterang.
Setelah menjelaskan hal tersebut. Tidak membuat hati
Raden Banterang cair. Ia menganggap istrinya berbohong. Akhirnya, dengan rasa
kecewa Putri Sri Tanjung berkata.
‘’ Suamiku, Jika nanti setelah kematianku dan air
sungai ini menjadi jernih dan berbau harum. Berarti aku tidak bersalah dan
tidak mempunyai niat untuk mencelakai mu. Namun, jika air ini tetap keruh dan
berbau busuk. Berarti aku bersalah.’’ Kata Sri Tanjung menangis.
Raden Banterang, menganggap apa yang di ucapkan
istrinya adalah sebuah kebohongan. Maka, ia segera mengeluarkan Keris dan
menusuk pinggang istrinya. Bersamaan dengan itu, Sri Tanjung terjatuh ke tengah
sungai dan hanyut terbawa arus.
Tidak lama setelah hanyutnya Sri Tanjung, terjadilah
sebuah keajaiban. Tiba-tiba, terciumlah bau yang sangat harum di sekitar
sungai, airnya pun berubah menjadi sangat jernih. Raden Banterang gemetar
dengan keajaiban tersebut. Melihat itu, Raden Banterang sangat menyesal dan
meratapi kematian istrinya.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa
Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama
Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
0 comments:
Post a Comment