setelah lama enggak ngeblog... rasanya kangen-kangen gimana gitu. kali ini mau posting biografi sunan muria. semoga bermanfaat. amiin
BIOGRAFI SUNAN MURIA
Raden Umar Said atau
yang lebih dikenal dengan Sunan Muria merupakan salah satu walisongo yang
tinggal di daerah Gunung muria. Nama Muria diambil dari tempat tinggal
terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Selain
akhlak yang sholeh, beliau terkenal memiliki kesaktian dalam pertarungan.
Ø
Silsilah / Asal-usul
Sunan Muria
Satu versi menyebutkan,
Sunan Muria adalah putra sunan kalijaga Ahli sejarah A.M. Noertjahjo (1974) dan Solihin
Salam (1964, 1974) yakin dengan versi ini. Berdasarkan penelusuran mereka,
pernikahan sunan kalijaga dengan Dewi Saroh binti Maulana Is-haq memperoleh
tiga anak, yakni Sunan Muria, Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah. Versi lain
memaparkan, Sunan Muria adalah putra Raden Usman Haji alias sunan ngundung. Karya R. Darmowasito, Pustoko Darah Agung, yang berisi sejarah dan
silsilah wali dan raja-raja Jawa, menyebutkan Sunan Muria sebagai putra Raden
Usman Haji. Bahkan ada juga yang menyebutnya keturunan Tionghoa.
Dalam bukunya,
Runtuhnya Kerajaan Hindhu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara
(1968), Prof. Dr. Slamet Muljana menyebutkan ayah Sunan Muria, sunan kalijaga tak lain seorang kapitan Tionghoa bernama Gan Sie
Cang. Sunan Muria disebut ''tak pandai berbahasa Tionghoa karena berbaur dengan
suku Jawa''.
Slamet mengacu pada
naskah kuno yang ditemukan di Klenteng Sam Po Kong, Semarang, pada 1928.
Pemerintahan Orde Baru ketika itu khawatir penemuan Slamet ini mengundang
heboh. Akibatnya, karya Slamet itu masuk dalam daftar buku yang dilarang
Kejaksaan Agung pada 1971. Sayang sekali, belum ada telaah mendalam mengenai
berbagai versi itu. Sejauh ini, karya Umar Hasyim, Sunan Muria: Antara Fakta
dan Legenda (1983), bolehlah digolongkan penelitian awal yang mencoba
menelusuri silsilah Sunan Muria secara lebih ilmiah. Ia berusaha membedakan
cerita rakyat dengan fakta. Misalnya tentang Sunan Muria sebagai keturunan
Tionghoa.
Umar mengumpulkan
sejumlah pendapat ahli sejarah. Ternyata, keabsahan naskah kuno tadi meragukan,
karena telah bercampur dengan dongeng rakyat. Walau begitu, Umar mengaku
kadang-kadang terpaksa mengandalkan penafsirannya dalam menelusuri jejak Sunan
Muria. Hasilnya, Umar cenderung pada versi Sunan Muria sebagai putra sunan kalijaga.
Ø Cara berdakwah
Dari berbagai versi itu, tak ada yang meragukan reputasi Sunan Muria dalam
berdakwah. Gayanya ''moderat'', mengikuti sunan kalijaga. menyelusup lewat berbagai tradisi kebudayaan Jawa.
Misalnya adat kenduri pada hari-hari tertentu setelah kematian anggota
keluarga, seperti nelung dino sampai nyewu, yang tak diharamkannya.
Hanya, tradisi berbau klenik seperti membakar kemenyan atau menyuguhkan
sesaji diganti dengan doa atau salawat. Sunan Muria juga berdakwah lewat
berbagai kesenian Jawa, misalnya mencipta macapat, lagu Jawa. Lagu sinom dan
kinanti dipercayai sebagai karya Sunan Muria, yang sampai sekarang masih
lestari. Lewat tembang-tembang itulah ia mengajak umatnya mengamalkan ajaran
Islam. Karena itulah, Sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata
ketimbang kaum bangsawan. Maka daerah dakwahnya cukup luas dan tersebar. Mulai
lereng-lereng Gunung Muria, pelosok Pati, Kudus, Juana, sampai pesisir utara.
Cara dakwah inilah yang menyebabkan Sunan Muria dikenal sebagai sunan yang
suka berdakwah topo ngeli. Yakni dengan ''menghanyutkan diri'' dalam
masyarakat. Sasaran dakwah dari Sunan Muria adalah para pedagang, nelayan,
pelaut dan rakyat jelata. Ia adalah satu-atunya wali yang tetap mempertahankan
kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan islam.
Keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah
kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam
konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi
yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi
pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan
Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah
satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti. Tempat dakwahnya
berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperlua meliputi Tayu,
Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena
tinggal di gunung Muria. Sampai kini, kompleks makam Sunan Muria, yang terletak
di Desa Colo, tak pernah sepi dari penziarah. Dalam seharinya tempat tersebut
dikunjungi tak kurang dari 15.000 penziarah.
0 comments:
Post a Comment