Selamat
malam sahabat Lily... bagaimana kabarnya? semoga selalu dalam keadaan baik dan
sehat selalu. Kali ini mimin akan memposting sejarah peninggalan kerajaan
Kediri. Yah kediri kota yang dekat dengan tempat mimin tinggal, mimin tertarik
mengulas tentang sejarah kediri karena kemarin membaca buku mapel IPS kelas 7
yang berisi sejarah pada bab akhir pelajaran. Semoga bermanfaat ^_^
Sejarah
sinngkat kerajaan kediri
Sesungguhnya
kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat
dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun
1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat
Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat
kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan
pindah ke Daha. Pada akhir
November 1042, Airlangga terpaksa
membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan
takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan
kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Menurut Nagarakretagama, sebelum
dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlanggasudah
bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir
sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah
nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan
kemudian menjadi ibu kota Janggala. Pada
mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai daripada nama
Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh
raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Wikipedia |
Nama "Kediri" atau "Kadiri" sendiri berasal dari kata Khadri yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon pacé atau mengkudu (Morinda citrifolia). Batang kulit kayu pohon ini menghasilkan zat perwarna ungu kecokelatan yang digunakan dalam pembuatan batik, sementara buahnya dipercaya memiliki khasiat pengobatan tradisional. Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah
Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104
atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang
sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah
dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan. Kerajaan
Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil
menaklukkan Kerajaan Janggala dengan
semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.
Pada masa
pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa
kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan
sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal ini
diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou
Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu
yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu,
sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Chou Ju-kua
menggambarkan di Jawa penduduknya menganut 2 agama : Buddha dan Hindu.
Penduduk Jawa sangat berani dan emosional. Waktu luangnya untuk mengadu
binatang. Mata uangnya terbuat dari campuran tembaga dan perak.
Wikipedia |
Buku
Chu-fan-chi menyebut Jawa adalah maharaja yang punya wilayah jajahan :
Pai-hua-yuan (Pacitan), Ma-tung (Medang), Ta-pen (Tumapel, Malang), Hi-ning
(Dieng), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang Surabaya), Tung-ki (Jenggi, Papua
Barat), Ta-kang (Sumba), Huang-ma-chu (Papua), Ma-li (Bali), Kulun (Gurun,
mungkin Gorong atau Sorong di Papua Barat atau Nusa Tenggara), Tan-jung-wu-lo
(Tanjungpura di Borneo), Ti-wu (Timor), Pingya-i (Banggai di Sulawesi), dan
Wu-nu-ku (Maluku). Penemuan Situs Tondowongso pada
awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan
dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut.
0 comments:
Post a Comment